10/1/12

Miftahul Huda; Bertahan Hidup dengan Rumput Laut

2 komentar




Senyum yang rekah tergambar di wajah Miftahul Huda ketika  saya menghampirinya  pada pukul 13. WIB di kos Opus Jalan Parangtritis KM 07. Terik matahari yang menyengat tidak membuat dirinya lengah sedikitpun.  Setidaknya aura semangat yang tinggi seakan membuat saya lebih semangat untuk sekedar sharing tentang pekerjaan yang ia tekuni.

“Monggo mas”, tandasnya dengan senyum. Menjadi penjual  rumput laut  sudah ia tekuni sejak tahun 2009. Ia bertahan hidup dengan hasil penjualan rumput laut yang
Read more...

Dalam Kamar pun Bisa Kreatif

0 komentar
Satu hal yang paling melekat tentang Jogja antara lain slogan “JOGJA, NEVER ENDING ASIA”. Sebuah tagline yang menggambarkan betapa luasnya budaya yang seolah-olah tiada habisnya. Tidak hanya budaya, kehidupan warga Jogja sendiri juga memiliki banyak daya tarik yang selalu memikat dan tidak akan pernah bosan untuk diceritakan. Inilah keistimewaan Jogja yang tidak akan kita dapatkan di belahan bumi manapun. Dan apabila dibentuk dalam sebuah cerita ataupun serial, tentu saja akan menghasilkan ribuan, ratusan ribu atau bahkan jutaan cerita tentang Jogja. 
Salah satu dari ribuan cerita tersebut yaitu cerita tentang
Read more...

Gita Galeri Rajut; Hobi yang Jadi Investasi

0 komentar
Rajut pernah tenar pada masanya, seiring dengan tingkat kesibukan manusia kegiatan merajut juga hampir mulai ditinggalkan. Sekarang siapa yang tidak mengenal seni rajut? Seni yang berasal dari Arab ini dulu hanya identik dengan kegiatan orang tua atau ibu- ibu yang sedang hamil, Namun akhir-akhir ini merajut mulai
Read more...

Kerajinan YANTO yang Membumi

0 komentar

Kota Bantul merupakan bagian dari D.I Yogyakarta yang tentunya sudah sangat terkenal akan sentral industri kreatif dan keseniannya. Industri kreatif di daerah Bantul sendiri terdapat beberapa tempat sentral industri kreatif salah satunya adalah daerah Kasongan. Daerah ini merupakan daerah pengrajin gerabah, keramik dan patung-patung yang terbuat dari tanah liat yang tentunya sudah sangat terkenal di kota Yogyakarta. Bahkan
Read more...

Berwiraswasta Tak Harus Bermodal Selangit

0 komentar
Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, pepatah ini dirasa tepat digunakan untuk menggambarkan kisah pemilik toko Khansa minimarket, Rohmadi Cahyono. Hal ini dikarenakan selain memiliki minimarket, Rahmadi juga memakai dan menjual software toko yang dibuatnya sendiri. Bahkan, software toko
Read more...

Suka Aksesoris

0 komentar
Suka Aksesoris berdiri sejak 19 oktober 2009. Usaha yang dirintis oleh Beni Sjamsuddin Toni ini, bergerak di bidang industri kreatif berupa pembuatan desain grafis, pin, dan gantungan kunci. Ide awal berdirinya usaha ini adalah Beni, begitu ia biasa dipanggil, merasa iri dengan mahasiswa kampus lain yang
Read more...

Industri Kreatif Batik Nakula Sadewa

0 komentar
Nakula Sadewa merupakan industry kreatif  kerajinan batik di daerah Sleman, Yogyakarta yang didirikan dengan konsep home industry. Usaha ini mulai dirintis oleh keluarga Bapak Raden Bambang Sumardiyono sejak tahun  1997. Dalam perkembangannya, industy Nakula Sadewa menjalin kerjasama dengan Perusahaan Negara yakni
Read more...

Jurus Bisnis : Nekat, Tahu Pasar dan Ulet!

0 komentar
Dunia bisnis saat ini merambah ke berbagai macam hal, salah satunya adalah bisnis kuliner. Makanan adalah kebutuhan primer setiap orang sehingga banyak sekali pebisnis yang mengandalkan bisnis ini. Pecinta kuliner pastinya tidak asing lagi dengan kuliner yang satu ini, nasi goreng. Bahkan banyak sekali masyarakat luar negeri yang menyukai kuliner ini, mungkin karena rasa oriental dan khas, nasi goreng sudah
Read more...

Kerajinan Jogja tembus pasar Jerman

0 komentar
Yogyakarta merupakan kota dengan segudang kreatifitas yang tidak pernah habis untuk digali potensinya. Selalu ada hasil karya kreatifitas yang muncul dari provinsi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuono X ini. Dari sekian banyak produk kerajian yang dihasilkan di Jogja, mayoritas jenis kerajinan dibuat oleh industri rumahan.  Egen batik kulit salah satunya.


Read more...

Es Lampu Merah

0 komentar

Mungkin dawet tidak asing di telinga masyarakat Jawa dan sekitarnya. Siapa yang tak kenal dengan minuman yang satu ini. Minuman yang dibuat dari cendol, santan, gula aren, dan daun suji ini lebih dikenal masyarakat sebagai minuman asli Banjarnegara yang biasa disebut
Read more...

FUN COMM – FUN DESIGN

0 komentar
Nurrohman Fuad yang akrab disapa mas Nur, pria kelahiran Wates 37 tahun yang lalu ini memutuskan untuk berwiraswasta. Berbekal keterampilan desain grafis dan semangat dalam melihat peluang, ia berani menjamah dunia percetakan yang notabene persaingannya cukup ketat. Ia ingin membuktikan bahwa
Read more...

Niatnya Sekedar Bantu Malah Jadi Lahan Bisnis

0 komentar

Dewasa ini, hadirnya media jejaring sosial seperti facebook, telah digunakan sebagai sarana jual-beli (toko online). Hal ini pula yang dilakukan oleh Hesti Septi Sari. Pemilik account facebook Hesti Shop (http://www.facebook.com/hesti.shopii) ini, telah memulai bisnis toko online sejak tahun 2009. Hesti Shop adalah toko online yang menjual beragam jenis tas, pakaian dan aksesoris
Read more...

Rasa Bintang Lima, Harga Kaki Lima

0 komentar
Begitu mendengar kata “es krim”, yang terbayang di benak kita adalah sejenis krim lembut yang langsung meleleh ketika berada di mulut, dengan beranekaragam rasa dan kesegaran yang menggoda. Es krimmemang digemari oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa, dari kalangan ekonomi bawah sampai kaum jetset. Es krim
Read more...

Industri Cobek Batu Pertahankan Tradisi Daerah

2 komentar

Pahat batu merupakan sebuah karya seni yang sudah dikenal sejak dulu. Seperti kerajinan pahat batu yang berada di desa Keji, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa tengah, sebuah usaha pahat batu tradisional masih berdiri dengan tegak. “Karya Devi”, sebuah sanggar kesenian yang di dalamnya berisi orang-orang pekerja keras yang masih mau
Read more...

BEZEALOUS, Kampung Inggris (impian) setelah Pare

1 komentar

Kampung Inggris Pare, sebutan yang akrab kita dengar di telinga kita. Sebuah kecamatan di kota Kediri, Jawa Timur. Pare berdiri gagah dengan ratusan pelajar yang datang dari berbagai penjuru. “Kampung inggris” begitulah orang-orang menyebutnya. Karena daerah tersebut menjadi sentral pembelajaran bahasa inggris terbesar di Indonesia dengan sistem asrama. 
Read more...

Gulung Tikar dalam Kompetisi

0 komentar

 “ jika ada modal yang cukup di lain waktu saya akan membuka usaha saya lagi tentunya dengan format yang berbeda” 



Kondisi masyarakat yang kian mengalami eskalasi kultur kehidupan di era globalisasi ini, membuat peran pedagang kaki lima semakin termajinalkan. Sebut saja Subiyanto selaku pedagang kaki lima—kuliner—yang sudah gulung tikar sejak pekan lalu. Setelah dikonfirmasi di kediamannya, Sabtu (29/9 ) Subiyanto menuturkan sebenarnya masih ingin melanjutkan usahanya untuk menafkahi keluargannya, namun persaingan semakin ketat sehingga usaha Subiyanto tidak bisa menyaingi para pesaingnya. “ Saya sebenarnya ingin mempertahankan usaha saya hanya saja saya tidak bisa menyaingi para pesaing yang modalnya lima kali lipat diatas saya”, tuturnya.

Bagi Subiyanto,sejatinya para pedagang kaki lima ini, menjadi hiasan keindahan dan selalu memberi kesan eksentriknya kawasan sepanjang jalan solo. Tapi nyatanya, penghasilannya tidak seperti kesannya. Disamping harus bersaing dengan sesama pedagang, juga harus bergelut dengan biaya sewa tempat yang merangkak mahal , apalagi saat musim pelancong sepi. Tapi silsilah hidup menuntut untuk selalu mengais rezeki, tambahnya.

Selain diatas Subiayanto melanjutkan, salah satu alasan yang paling mendasar yang menjadikan Subiyanto gulung tikar dari usahanyaadalah modal. Subiyanto tidaklah mungkin melanjutkan usahanya hanya dengan modal yang tak seberapa, sementara para pesaingnya sudah dengan modal yang sangat tinggi, tentunya dengan demikian konsumen akan memilih fasilitas dan menu yang melebihi warungnya.

Subiyanto seorang kuliner, menu yang disediakan diantaranya nasi tahu-tempe penyet, nasi pecel lele, dan gudeg. Walaupun demikian Subiyanto sampai saat ini masih belum bisa mengendalikan para pesaingnya sehingga Subiyanto memilih jalan terakhir yaitu gulung tikar. Subiyanto menilai jika usahanya tetap dipertahankan akan sia-sia karena para pelanggannya sudah banyak yang pindah tempat, jelasnya.

Mengenai pelanggan, menurut Subiyanto sebelum banyak pesaing masih banyak yang berkunjung kewarung makannya, hanya saja setelah banyak saingganya pelanggan tetap Subiyanto hari demi hari semakin berkurang. Menurut penjelasan Subiyanto pelanggannya pindah ke tempat lain dikarenakan tempat lain sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti kamar mandi dan lain sebagainya.

Sebelum banyak saingannya, Pelanggan warung makan Subiyanto sangat beragam,mulai dari pelajar, tukang becak bahkan sampai pekerja kantoran. Hanya saja setelah di sekitarnya banyak dibangun tenpat tepat makan yang menawarkan banyak menu menjadikan warung makannya terkucilkan “ tapi itu dulu sebelum warung saya ada banyak saingannya,”. Kenangnya.

Setelah ditanya lebih lanjut, apakah Subiyanto dilain waktu akan membuka usahanya kembaliSubiyanto tidak bisa memastikan sebab jika masih belum ada modal yang cukup bagi Subiayanto sama saja, jika suatu saat nanti ada modal yang mumpuni Subiyanto akan membuka usahanya lagi tentunya dengan format yang berbeda. “ ya InsyaAllah jika ada modal yang cukup di lain waktu saya akan membuka usaha saya lagi tentunya dengan format yang berbeda”. Ungkapnya.[]


Oleh : Abd Gafur
Read more...

Terinspirasi dari Buku “Filosofi Kopi”, Aziz Dirikan Ledre Cafe

0 komentar

Ada yang berbeda dari Ledre Café dibandingkan café-café lain di Jogjakarta. Café yang terletak di Jalan Pandega Marta 409, Pogungrejo, Sleman ini mengambil tema Inspiration Spot & Gallery Café. Dengan desain tata ruang yang demikian pengunjung diharapkan dapat merasakan suasana yang tidak biasa. Pengunjung diharapkan berasa nongkrong di daerah
Eropa tetapi tetap dengan semangat Indonesia.

Read more...