Mungkin dawet tidak asing di telinga masyarakat Jawa dan sekitarnya. Siapa yang tak kenal dengan minuman yang satu ini. Minuman yang dibuat dari cendol, santan, gula aren, dan daun suji ini lebih dikenal masyarakat sebagai minuman asli Banjarnegara yang biasa disebut
Dawet Ayu.
Tapi jangan salah, dawet ayu tidak hanya ada di Banjarnegara, di sekitar komplek Candi Prambanan di Jl. Jogja-Solo Km 15 Kalasan juga ada dawet yang tak kalah enaknya dengan dawet ayu asal Banjarnegara. Buktinya dawet-dawet tersebut selalu ramai pengunjung. Salah satu penjual dawet tersebut bernama Tri Suwanti. Ibu Tri mengungkapkan sudah menjalani profesi sebagai penjual dawet selama 5 tahun. Dengan bermodalkan uang 1 juta, Ibu dari dua anak ini memulai merintis usahanya sebagai penjual dawet. Ibu Tri memulai usahanya bersama sang suami, Muh. Hadi yang berprofesi sebagai satpam. Tempat jualannya dinamakan Dawet Bang Joo Proliman karena memang tempatnya tepat di bangjo (lampu merah) sebelah kiri jalan dari arah Solo.
Sebelumnya, Ibu Tri yang aslinya berasal dari Muntilan ini, adalah tamatan dari SMEA. Ibu Tri pindah karena ikut sang suami yang memang asli orang Kalasan dan memulai usahanya di daerah tersebut. Di Kalasan, Ibu Tri bersama sang suami beserta kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD dan TK ini menumpang di tempat saudaranya.
Sewaktu masih muda, Ibu Tri bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) produk Rudi Hadisuwarno di swalayan MD pada tahun 1992-1999. “Sekarang saya sudah nyaman bekerja sebagai pedagang dawet, karena bisa sambil ngurus anak-anak. Ini kan cuma buat tambahan, kalau biaya hidup itu kan sudah tugas pokok suami.” ungkap perempuan kelahiran 17 november 1972 itu.
Siang hari yang panas memang sangat cocok untuk menikmati minuman yang satu ini. Dawet Bang Joo Proliman ini biasa buka pukul 10.00-17.00 WIB. Perempuan paruh baya ini mengungkapkan bahwa sehari untuk membeli bahan-bahan mampu menghabiskan dana 100ribu dan mendapatkan omset sekitar 50ribuan. Untuk menghadapi persaingan dan juga yang membedakan dawet ini dengan yang lainnya yaitu pelayanan Ibu Tri yang ramah, mempertahankan rasa, kemudian dalam dawet di tambah peuyeum yang di buat dari beras ketan membuat rasanya semakin nikmat untuk melepas dahaga. Untuk menikmati 1 gelas kita hanya merogoh kocek Rp. 2500,- sungguh terjangkau bukan?? Sambil menikmati dawet kita juga bisa makan cemilan berbagai snack yang sudah disiapkan di meja. Bagi anda yang ingin menikmati Dawet Bang Joo Proliman ini silahkan menghubungi nomor tlp 0274-6925842.
Oleh: Devi Nurlaila
Sebelumnya, Ibu Tri yang aslinya berasal dari Muntilan ini, adalah tamatan dari SMEA. Ibu Tri pindah karena ikut sang suami yang memang asli orang Kalasan dan memulai usahanya di daerah tersebut. Di Kalasan, Ibu Tri bersama sang suami beserta kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD dan TK ini menumpang di tempat saudaranya.
Sewaktu masih muda, Ibu Tri bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) produk Rudi Hadisuwarno di swalayan MD pada tahun 1992-1999. “Sekarang saya sudah nyaman bekerja sebagai pedagang dawet, karena bisa sambil ngurus anak-anak. Ini kan cuma buat tambahan, kalau biaya hidup itu kan sudah tugas pokok suami.” ungkap perempuan kelahiran 17 november 1972 itu.
Siang hari yang panas memang sangat cocok untuk menikmati minuman yang satu ini. Dawet Bang Joo Proliman ini biasa buka pukul 10.00-17.00 WIB. Perempuan paruh baya ini mengungkapkan bahwa sehari untuk membeli bahan-bahan mampu menghabiskan dana 100ribu dan mendapatkan omset sekitar 50ribuan. Untuk menghadapi persaingan dan juga yang membedakan dawet ini dengan yang lainnya yaitu pelayanan Ibu Tri yang ramah, mempertahankan rasa, kemudian dalam dawet di tambah peuyeum yang di buat dari beras ketan membuat rasanya semakin nikmat untuk melepas dahaga. Untuk menikmati 1 gelas kita hanya merogoh kocek Rp. 2500,- sungguh terjangkau bukan?? Sambil menikmati dawet kita juga bisa makan cemilan berbagai snack yang sudah disiapkan di meja. Bagi anda yang ingin menikmati Dawet Bang Joo Proliman ini silahkan menghubungi nomor tlp 0274-6925842.
Oleh: Devi Nurlaila
0 komentar:
Post a Comment