12/4/12

Sarjana Tempe

0 komentar
“Kalau ada yang bilang, saya ini sarjana tempe, itu memang benar. Biaya kuliah semua berasal dari hasil jualan tempe. Karena tempelah, gelar sarjana bisa saya raih”.
Begitulah pernyataan dari Ahmad Faruqi ketika bercerita mengenai kehidupannya. Walaupun sekarang telah menjadi tenaga pengajar honorer di salah satu sekolah swasta di daerah tempat tinggalnya, ia tetap menjalankan usaha memproduksi tempe yang mulai ia rintis ketika ia masih menjadi mahasiswa ini. Faruqi, begitu ia biasa dipanggil, tidak ingin meninggalkan usaha tempe yang ia anggap telah berjasa bagi kehidupannya.
Read more...

Yogya Ice Cream, Murah Berkualitas

0 komentar

Kualitas bagus tidak harus selalu mahal. Mirza Akbar dan Arum Dewi Suci membuktikan hal tersebut lewat produk mereka, yaitu ice cream yang di beri label ‘Yogya Ice Cream’. Berlokasi di Jl. Affandi, Gang Kantil, Pelem Kecut No. 8 Yogyakarta, Yogya Ice Cream mampu memproduksi hingga 3-4 ribu cup es krim setiap harinya dengan menghabiskan 240 liter susu.  “Untuk penjualannya kami bisa menjual hingga 500 sampai 1000 cup es krim per harinya,” kata Mirza
Read more...

Menjadikan Tantangan Sebagai Motivasi Bisnis

0 komentar

Dewasa ini, media apapun bisa digunakan untuk berbisnis, salah satunya ialah media elektronik. Memang benar adanya bila zaman sekarang ini disebut sebagai era digital. Dengan mudah dan murah, banyak orang yang memilih jasa internet untuk mengenalkan barang yang dijualnya. Caranya ialah dengan mengiklankan barang yang dijual dengan menggunakan jasa internet untuk mengenalkan barang kepada khalayak. Hal itu pula yang dilakukan oleh Riri dalam menjalankan usaha online shop miliknya. Usaha yang ia rintis bersama sepupunya, Rechti, ini mulai berdiri pada bulan Februari 2012 menggunakan jejaring sosial facebook dengan nama akun Kireina Hijabshop.
Usahanya ini berawal dari perhatiannya yang sangat besar pada para pengguna hijab. Ia  melihat masih banyak orang yang masih bingung menggunakan hijab. Dengan mendirikan Hijabshop ini, Riri dan Rechti ingin memotivasi para sahabat Kireina (sebutan untuk para langganannya/follower) yang belum berhijab untuk menggunakan hijab. Dengan berhijab, kita bisa tampil cantik dan modis” begitulah motivasi yang sering dikatakan Riri. Tidak hanya memotivasi dan memberi dorongan, Riri juga memberikan tutorial hijab agar lebih banyak wanita yang tertarik dan terinspirasi kemudian bergabung menjadi sahabat Kireina.
Menurut Riri bisnis online itu cukup hemat tidak membutuhkan modal banyak. Modal yang dibutuhkan hanya sebatas untuk biaya akses internet dan biaya pengiriman barang. Adapun barang-barang yang dijual Riri hanya dia pajang di toko onlinenya dan dia tidak membuka outlet di rumah. Sehingga otomatis pembelinya bisa lintas daerah dan bahkan lintas provinsi.
Pendapatan yang Riri dapatkan dari usaha online shop ini cukup lumayan, dengan omset sekitar enam sampai tujuh juta rupiah per bulannya, ia dapat meraup keuntungan sekitar 30%. Hal ini sudah termasuk cukup memuaskan bagi Riri yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga dan Rechti yang merupakan seorang hakim.
Menurut Riri dalam menjalankan usaha itu memang harus ada tantangannya, karena dari tantangan itu maka seorang pengusaha dapat belajar, dan terus mencoba. Seperti yang dia katakan “Resep sukses itu adalah berani mencoba, jika gagal coba lagi dan lagi. Inilah yang memotivasinya untuk konsisten menjalankan usaha online shop. Riri juga cukup bijak dalam menanggapi kompetitor. Baginya, kompetitor adalah sebagai media pembelajaran. Dia bisa berkaca dari online shop lain, apa yang kurang dari online shopnya, dan menjadi inspirasi untuk menciptakan produk baru. Oleh karena itu Riri menganggap bahwa tantangan merupakan motivasi dia untuk terus berkarya dalam dunia bisnis.

Oleh : Widyasari Prasetyaningrum
Read more...

Lepas Yang Lama, Cari Yang Baru

0 komentar

Di era globalisasi ini kerap kita jumpai jejaring sosial menjadi  sarana online shopping atau jual beli melalui dunia maya.  Seperti melalui  facebook, twitter, BBM, kaskus hingga jejaring sosial khusus jual beli barang seperti toko bagus.  Namun maraknya jual beli melalui online shopping ini masih dihantui rasa kurang percaya konsumen sehingga terkadang konsumen enggan untuk membeli  barang melalui OL SHOP.
Meskipun masih dihantui kurang adanya kepercayaan konsumen terhadap situs jual beli online, hal tersebut tidak menyurutkan niat Susetyo Adi, penjual berbagai macam sepeda melalui OL SHOP. Ia memilih berjualan OL SHOP melalui toko bagus, jejaring sosial khusus jual beli barang tersebut ia rasa telah memiliki kepercayaan dari konsumen karena setiap beriklan di situs tersebut harus login terlebih dahulu untuk mendapatkan id member berupa username dan password. Selain melalui toko bagus Susetyo Adi juga memasarkan sepeda-sepeda yang ia jual melaui kaskus. Bagi Adi yang telah lama menjadi kaskuser (pengguna situs kaskus) akan semakin memudahkannya untuk menjual barang dagangannya karena biasanya pengguna lama lebih dipercaya di forum tersebut.
Usaha Adi ini berawal dari hobi gowes yang ia sukai. Hobi ini membuatnya membeli banyak sepeda sehingga ia memiliki tiga jenis sepeda di rumah.  Semakin hari, berbagai jenis sepeda model baru yang ditemuinya pun selalu ingin dibelinya. Tetapi, ketika ia mengingat budget kebutuhan pokoknya yang lebih utama, ia mulai berpikir bagaimana cara untuk membeli sepeda kesukaannya. Akhirnya ia memiliki ide untuk membeli berbagai jenis sepeda kesukaanya kemudian ia harus rela melepas sepeda yang pernah dia gunakan dan menjual sepeda itu.
Barang yang ia miliki terhitung masih baru karena setiap sebulan sekali bahkan kurang dari sebulan, dia menginginkan barang baru. Membeli yang baru, lalu melepas yang lama. Walaupun keuntungan yang ia dapatkan selama empat bulan berjalannya bisnis online ini tidak banyak, ia juga tidak rugi karena ia tidak pernah tombok atau rugi bandar. Ia tidak pernah merasa rugi karena menurutnya ia bisa menyalurkan hobi dan juga bisa mendapatkan keuntungan.

Oleh: Monica Merly Pangalila
Read more...

Giarto Bengkel, The Power Of Word Of Mouth

0 komentar
Adalah Sugiharto, pria berusia 36 tahun yang akrab disapa Mbah Jenggot ini memulai usaha sampingan bengkel dan spesialis mekanik motor inden di rumahnya sejak 7 tahun yang lalu. Sebelum ia akhirnya di-PHK oleh Tunas, sebuah badan usaha penyalur motor Honda sekitar 4 bulan lalu, usaha yang ia rancang sendiri dirumahnya merupakan usaha sampingan.
Read more...

Manfaatkan Program Dikti, Gunawan jadi Suplier Mie Jiting

0 komentar

Berawal dari program kewirausahaan yang ditawarkan oleh direktorat Perguruan Tinggi, Gunawan Saputro menjajaki karir sebagai pengusaha. “Adanya program kewirausahaan dari Dikti memantik semangatku untuk menjajal berdagang mie ‘jiting’ di kawasan lembah UGM”, ungkap pemuda kelahiran 1989 ini.

Gunawan sebagai mahasiswa Universitas Gadjah Mada melihat peluang untuk berjualan makanan ringan di kawasan lembah UGM sangatlah besar. Oleh karena itu, ketika ia membuka website dikti yang menginformasikan adanya beasiswa bagi mahasiswa untuk berwirausaha, Gunawan tak menyia-nyiakannya. “Setelah membaca informasi dari website dikti itu, lantas saya mencoba membuat proposal bisnis plan”, ungkapnya. “Hal ini didasari karena peluang berjualan makanan ringan di lembah UGM saat Sunday morning (sunmor) sepertinya sangat menjanjikan”.

“Saya tidak sendirian membuat proposal, saya membentuk tim yang terdiri dari tiga orang”, lanjutnya, “tim saya bentuk atas dasar kesamaan daerah, biar gampang koordinasinya”, tambah alumni diploma tiga geodesi UGM ini. Proposal yang mereka ajukan tanpa disangka-sangka diterima dan disetujui oleh Dikti. Menurut Gunawan, sebenarnya proposal yang ia tawarkan bukanlah proposal bisnis yang ‘baru’ dan ‘inovatif’, Gunawan menjelaskan bahwa yang lebih ia tekankan dalam proposal itu adalah kebersinambungan usaha dan peluang bertahannya. “Memfokuskan pada keberlangsungan usaha itu, kami—Gunawan bersama tim—memilih usaha dengan berdagang ‘mie jiting’ saat Sunmor, dan  sekaligus menjadi supplier mie ‘jiting’ untuk kawasan kantin-kantin di Jogja”, ungkapnya.

Saat ini, Gunawan telah memetik hasil dari perjuangannya. Setiap minggu pagi ia bersama teman-temannya berjualan mie ‘jiting’ ini di kawasan lembah UGM. “Semua pedagang yang berdagang mie jiting di semua titik di kawasan Sunmor itu adalah dagangan saya”, ungkapnya sambil tersenyum bersahabat. “Kami memulai berjualan sekitar jam setengah enam pagi, ada lima titik kami berjualan, dan kira-kira tiap titik bisa menghabiskan sampai 12 paket”, jelasnya. “Satu paket isinya ada 50 plastik kecil, yang per plastic harganya seribu rupiah, sedang bila membeli satu paket harganya kena empat puluh ribu rupiah”, lanjutnya, “Jadi kira-kira setiap minggunya, dari berjualan di Sunmor ini kami dapat meraup pendapatan kotor kira-kira dua sampai dua setengah juta, belum lagi pendapatan dari hasil titip di kantin-kantin di daerah Jogja”,demikian ungkap pemuda lulusan SMK ini. “Nanti dari hasil itu, kami potong sekitar dua ratus lima puluh ribu untuk upah teman-teman yang membantu berdagang”, jelasnya.

Oleh : Johan Saputro

Read more...

Wisnu Bertahan Hidup Dengan Susu Kedelai

0 komentar

Wisnu. Laki-laki kelahiran Powordadi  19 Desember  1987 tampak sibuk dengan jualan susu kedelainya. Dalam waktu sesaat penulis meminta waktunya untuk mewawancarainya. Saat wawancara berlangsung, Wisnu mengungkapkan,  berjualan susu kedelai sudah berlangsung lama. Terhitung sejak tahun 2007 sampai sekarang. Ia saat ini sudah memiliki pelanggan tetap. “ sudah cukup lama mas, kira-kira dari tuhun 2007 sampai sekarang”, ungkapnya.
Dalam menjajakan susu kedelainya , Wisnu hanya membutuhkan waktu di pagi hari saja. Menurutnya, seusai  menunaikan sholat shubuh langsung berangkat mengambil susu kedelai di juragannya, tepatnya di Jl. Munggur No. 39, kemudian menjajakannya ke rumah-rumah pelanggan tetapnya. Setelah ditanya lebih lanjut kenapa ia dalam menjajakan susu kedelai jualannya di pagi hari, menurutnya, susu kedelai itu hangat jadi sangat cocok di minum di pagi hari dan semua pelanggannya cukup senang dengan adanya susu kedelai ini, tambahnya.
Setiap kali menjajakan susu kedelai jualannya, dalam sehari biasanya menghabiskan 50-75 bungkus susu. Harganya pun beragam, mulai dari Rp. 1500-Rp. 2500 tergantung dari bahan campuran susunya. Harga paling tinggi menurut Wisnu susu kedelai yang dicampur madu. “ ya paling mahal yang da campuran madunya mas mengingat madu sekarang mahal”, tuturya.
Selain jualan susu kedelai, Wisnu  mengabdikan dirinya di masjid At-Taqwa Balapan Ksatrian Yogyakarta dan aktif  membantu kegiatan-kegiatan masjid  seperti pengajian, tahlilan dan kegiatan lainnya. Bisa dikata Wisnu hidup sebatang kara alias Broken Home di tempat kelahirannya. Oleh karenanya hidupnya saat ini diabdikan di masjid untuk melayani umat.
Walaupun pekerjaan Wisnu hanya sekedar jualan susu dan mengabdikan diri di masjid dalam setiap harinya, Wisnu tidak pernah mengeluh. Bagi Wisnu kenyataan ini adalah tantangan yang harus di tunaikan serta harus di syukuri sepenuh hati, sebab dengan bersyukur sekecil apa pun rizqi yang di berikan tuhan kepadanya akan menjadi berkah. “ kenyataan ini adalah tantangan mas dan saya harus tabah menghadapinya, selain itu saya juga bersyukur karena dengan bersyukur insyaallah akan menjadi berkah sekecil apa pun rizqi yang diberikan tuhan kepada saya”, tuturnya.
 Dalam sehari, Wisnu bisa menyisihkan sebagian hasil jualannya untuk di tabung. Menurutnya, hasil bersihnya dalam sehari bisa sampai 25 ribu sampai 50 ribu. Dengan uang tabungannya. Kini Wisnu telah membeli sepeda ontel untuk mempermudah dalam menjajakan jualan susunya.   
Selain tabungannya di belikan sepeda ontel dan kebutuhan hidup lainnya. Wisnu bercita-cita ingin mandiri dalam berbisnis alias tanpa harus bergantung kepada juragannya. Wisnu menilai, dengan mandiri pastinya bisa sesuka hati dalam menjajakan jualannya serta bisa mendapatkan hasil yang berlipat ganda. Saat ini Wisnu masih dalam proses mengumpulkan hasil jerih payahnya untuk mewujudkan impiannya itu. Wisnu berharap, di awal tahun baru 2013 hasil tabungannya itu sudah cukup untuk mewujudkan impiannya. “ Harapan saya semoga awal tahua 2013 besok, tabungan saya selama ini bisa mewujudkan impian saya”, harapannya sambil menutup wawancara pada kesempatan itu.[]

Reporter : Abd Gafur
Read more...