Senyum yang rekah tergambar di wajah Miftahul Huda ketika saya menghampirinya pada pukul 13. WIB di kos Opus Jalan
Parangtritis KM 07. Terik matahari yang menyengat tidak membuat dirinya lengah
sedikitpun. Setidaknya aura semangat
yang tinggi seakan membuat saya lebih semangat untuk sekedar sharing tentang pekerjaan yang ia
tekuni.
“Monggo mas”,
tandasnya dengan senyum. Menjadi penjual
rumput laut sudah ia tekuni sejak
tahun 2009. Ia bertahan hidup dengan hasil penjualan rumput laut yang
dikeringkan.
Meski untungnya tidak terlalu besar, tetapi dengan usaha itulah ia bisa
menghidupi dirinya untuk bertahan hidup
di tengah kerasnya tantangan sebuah ibu kota.
Usaha menjual rumput
laut sebenarnya bukanlah usaha yang menjadi impian Miftahul Huda sejak menginjakkan
kaki pertama di kota gudek pada bulan Mei 2008. Impian Mihtahul Huda yang
paling utama adalah menjadi seorang seniman. Bahkan sebelum menjadi seorang penjual
rumput laut, dia sempat selama enam bulan menjadi loper koran di perempatan jalan
Rengrout Selatan. “tak ada usaha lain, ya jual koran saya lakukan dengan rasa
keterpaksaan”. Ujarnya dengan sedikit tersenyum.
Menjual rumpul
laut kering di samping karena unsur keterpaksaan, ia juga jalani sebagai usaha
untuk melatih mentalitas diri dan sosial. Di samping itu rumput laut yang
kering ia bisa distribusikan kepada mereka yang ingin berusaha di bidang es
rumput laut. Sebab, dirinya bisa mematok harga yang jauh lebih murah dari pada
pengusaha rumput laut yang lain. “hitung-hitung juga sebagai amal mas”.
Tandasnya.
Saat ditanya tentang
modal, ia hanya tersenyum. “modal awal ya ngutang mas”. Dengan modal 100 ribu,
ia kemudian bisa menjalani usaha itu dengan santai dan serius. Sebab baginya, kesuksesahan
usaha tidak diukur dari sejauh mana besar dan kecilnya modal, melainkan lebih
pada bagaimana semangat dalam berwirausaha tumbuh dan terpatri dalam diri setiap
personal .
Kini Mifthul Huda
sudah bisa membiayai adeknya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi. “alhamdulillah adek saya, saya biayai dan sekarang mengambil kuliah di UIN
Yogyakarta di jurusan Sejarah dan kebudayaan Islam”. Bagi sosok kelahiran
Lampung 13 Juni 1982 ini, berwirausaha adalah tantangan yang tidak hanya membutuhkan
keuletan tenaga fisik, tetapi juga mentalitas. Ia juga berpesan, jangan malu
untuk memulai usaha apapun. Sebab Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk
hambanya.[]
Oleh : Fathorrahman Hasbul
2 komentar:
bener jg se, tp mas tahu sendiri to kl harga runput laut dipasaran tergolong lumayan menguntungkan..
andai daerahku ada. hehe..
mampir sini bos http://lekyozz.blogspot.com/
hehe... :)
Post a Comment