Pahat batu merupakan sebuah
karya seni yang sudah dikenal sejak dulu. Seperti kerajinan pahat batu yang
berada di desa Keji, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa tengah,
sebuah usaha pahat batu tradisional masih berdiri dengan tegak. “Karya Devi”,
sebuah sanggar kesenian yang di dalamnya berisi orang-orang pekerja keras yang
masih mau
mempertahankan tradisi Indonesia. Di mulai pada tahun 1985, seorang seniman bernama “Jumeri” mampu memprakarsai berdirinya sanggar “Karya Devi” tersebut. Dari usaha kecil yang bermodalkan pahatan dan palu, Jumeri mampu membuat aneka ragam hasil seni dari batu. Salah satunya adalah cobek batu yang sampai saat ini masih dicari dan diminati oleh konsumen.
Cobek batu merupakan sebuah alat tradisional yang digunakan untuk mengolah bumbu dapur secara manual. Padahal sekarang ini sudah ditemukan blender yang dapat mengolah bumbu dapur dalam waktu yang singkat. Kendati demikian, konsumen lebih memilih cobek batu dari pada menggunakan blender. Hal tersebut dikarenakan hasil olahan bumbu dapur dengan menggunakan cobek akan terlihat lebih halus jika dibandingkan dengan menggunakan blender.
Bukan perkara mudah untuk membuat sebuah seni, terlebih lagi jika bahan yang digunakan berupa batu. Mulai dari membuat desain gambar hingga sampai pada proses pemahatan memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi. Memang dibutuhkan tenaga dan semangat yang ekstra keras untuk tetap mampu mempertahankan usahanya di jaman yang super modern seperti sekarang ini. Bukan perkara mudah bagi para produsen cobek untuk bersaing dengan tekhnologi modern. Namun demikian, Jumeri tetap mampu bertahan untuk meneruskan usahanya. Bagi seorang Jumeri, membuat cobek batu tidak ditujuan untuk mencari uang semata, melainkan juga untuk mempertahankan dan memperkenalkan tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia kepada dunia Internasional. Sebuah hasil karya seni yang patut diacungi jempol.
Untuk bahan baku kerajinan sendiri, pak Jumeri menggunakan batu asli dari lereng merapi yang diambil khusus untuk membuat karyanya. Batu dari lereng merapi terbilang sangat bagus untuk membuat kerajinan dari pada batu–batu dari tempat lain. Batu tersebut adalah batu andesit yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi. Sekali memesan batu, Jumeri bisa memesan hingga satu truk penuh berisikan batu. Saat ini, jumeri sudah mempunyai pekerja sebanyak 20 orang. Sebuah usaha kecil yang mampu mengurangi angka pengangguran di daerahnya.
mempertahankan tradisi Indonesia. Di mulai pada tahun 1985, seorang seniman bernama “Jumeri” mampu memprakarsai berdirinya sanggar “Karya Devi” tersebut. Dari usaha kecil yang bermodalkan pahatan dan palu, Jumeri mampu membuat aneka ragam hasil seni dari batu. Salah satunya adalah cobek batu yang sampai saat ini masih dicari dan diminati oleh konsumen.
Cobek batu merupakan sebuah alat tradisional yang digunakan untuk mengolah bumbu dapur secara manual. Padahal sekarang ini sudah ditemukan blender yang dapat mengolah bumbu dapur dalam waktu yang singkat. Kendati demikian, konsumen lebih memilih cobek batu dari pada menggunakan blender. Hal tersebut dikarenakan hasil olahan bumbu dapur dengan menggunakan cobek akan terlihat lebih halus jika dibandingkan dengan menggunakan blender.
Bukan perkara mudah untuk membuat sebuah seni, terlebih lagi jika bahan yang digunakan berupa batu. Mulai dari membuat desain gambar hingga sampai pada proses pemahatan memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi. Memang dibutuhkan tenaga dan semangat yang ekstra keras untuk tetap mampu mempertahankan usahanya di jaman yang super modern seperti sekarang ini. Bukan perkara mudah bagi para produsen cobek untuk bersaing dengan tekhnologi modern. Namun demikian, Jumeri tetap mampu bertahan untuk meneruskan usahanya. Bagi seorang Jumeri, membuat cobek batu tidak ditujuan untuk mencari uang semata, melainkan juga untuk mempertahankan dan memperkenalkan tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia kepada dunia Internasional. Sebuah hasil karya seni yang patut diacungi jempol.
Untuk bahan baku kerajinan sendiri, pak Jumeri menggunakan batu asli dari lereng merapi yang diambil khusus untuk membuat karyanya. Batu dari lereng merapi terbilang sangat bagus untuk membuat kerajinan dari pada batu–batu dari tempat lain. Batu tersebut adalah batu andesit yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi. Sekali memesan batu, Jumeri bisa memesan hingga satu truk penuh berisikan batu. Saat ini, jumeri sudah mempunyai pekerja sebanyak 20 orang. Sebuah usaha kecil yang mampu mengurangi angka pengangguran di daerahnya.
Dalam
satu hari Jumeri dapat memproduksi cobek hingga 30 buah dengan harga yang
bervariatif. Untuk cobek yang berukuran kecil (10 cm) ,jumeri memasang harga
5000 rupiah. Sedangkan untuk yang ukuran paling besar (50 cm) berharga 250.000
rupiah. Namun demikian, sanggar milik Jumeri tidak pernah sepi dari konsumen,
terlebih ketika mendekati hari- hari besar. Cobek milik jumeri juga sudah
dikenal hingga ke luar daerah, dan bahkan sampai ke luar negeri. Banyak turis
asing yang berdatangan ke sanggarnya. Mereka sangat terkesan dengan kerajianan
yang dibuat oleh Jumeri.
Pada awalnya, Jumeri membuat 2 macam cobek yang berbeda. Pertama, ia membuat cobek dari batu andesit yang diolah secara manual. Sedangkan yang kedua, cobek dibuat dengan cara dicetak. Untuk cobek yang menggunakan cetakan, Jumeri memberikan bahan berupa semen dan traso. Namun cara ini dinilai kurang sehat, hingga akhirnya ia bertahan dengan membuat cobek secara manual dengan bahan batu andesit saja. Saat ini, proses pengolahan cobek sudah tidak dilakukan secara manual lagi. Seiring dengan berkembangnya teknologi, cobek batu dapat dibuat dengan menggunakan mesin bubut. Selain menghemat tenaga, mesin ini juga sangat membantu mempersingkat waktu pembuatannya. Sosok seperti Jumeri inilah yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkreasi dengan mengangkat tradisi asli bangsa Indonesia.[]
Pada awalnya, Jumeri membuat 2 macam cobek yang berbeda. Pertama, ia membuat cobek dari batu andesit yang diolah secara manual. Sedangkan yang kedua, cobek dibuat dengan cara dicetak. Untuk cobek yang menggunakan cetakan, Jumeri memberikan bahan berupa semen dan traso. Namun cara ini dinilai kurang sehat, hingga akhirnya ia bertahan dengan membuat cobek secara manual dengan bahan batu andesit saja. Saat ini, proses pengolahan cobek sudah tidak dilakukan secara manual lagi. Seiring dengan berkembangnya teknologi, cobek batu dapat dibuat dengan menggunakan mesin bubut. Selain menghemat tenaga, mesin ini juga sangat membantu mempersingkat waktu pembuatannya. Sosok seperti Jumeri inilah yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkreasi dengan mengangkat tradisi asli bangsa Indonesia.[]
Reporter : Taufik Alhamdani
2 komentar:
SANGGAR NGAMPILAN MUNTILAN MENCARI REKANAN UNTUK DISTRIBUTOR COBEK BATU ASLI, dimanapun anda berada.
- Sistem beli putus
- Harga khusus untuk dijual kembali
- Kapasitas 2000 - 5000 buah per bulan
Selanjutnya silahkan hubungi kami di:
sanggarngampilan@gmail.com
terima kasih.
SANGGAR NGAMPILAN MUNTILAN
Dicari segera : REKANAN UNTUK DISTRIBUTOR COBEK BATU ASLI
Kami Sanggar Ngampilan Muntilan mencari rekanan sebagai Distributor Cobek Batu Asli untuk area seluruh Nusantara.
- Sistem beli putus
- Harga khusus untuk dijual lagi
- Kapasitas 3000 – 5000 buah / perbulan
Silahkan hubungi:
sanggarngampilan@gmail.com
Terima kasih.
Post a Comment