Berawal dari
program kewirausahaan yang ditawarkan oleh direktorat Perguruan Tinggi, Gunawan
Saputro menjajaki karir sebagai pengusaha. “Adanya program kewirausahaan dari
Dikti memantik semangatku untuk menjajal berdagang mie ‘jiting’ di kawasan
lembah UGM”, ungkap pemuda kelahiran 1989 ini.
Gunawan sebagai
mahasiswa Universitas Gadjah Mada melihat peluang untuk berjualan makanan
ringan di kawasan lembah UGM sangatlah besar. Oleh karena itu, ketika ia
membuka website dikti yang menginformasikan adanya beasiswa bagi mahasiswa
untuk berwirausaha, Gunawan tak menyia-nyiakannya. “Setelah membaca informasi
dari website dikti itu, lantas saya mencoba membuat proposal bisnis plan”,
ungkapnya. “Hal ini didasari karena peluang berjualan makanan ringan di lembah
UGM saat Sunday morning (sunmor) sepertinya sangat menjanjikan”.
“Saya tidak
sendirian membuat proposal, saya membentuk tim yang terdiri dari tiga orang”,
lanjutnya, “tim saya bentuk atas dasar kesamaan daerah, biar gampang
koordinasinya”, tambah alumni diploma tiga geodesi UGM ini. Proposal yang
mereka ajukan tanpa disangka-sangka diterima dan disetujui oleh Dikti. Menurut
Gunawan, sebenarnya proposal yang ia tawarkan bukanlah proposal bisnis yang ‘baru’
dan ‘inovatif’, Gunawan menjelaskan bahwa yang lebih ia tekankan dalam proposal
itu adalah kebersinambungan usaha dan peluang bertahannya. “Memfokuskan pada
keberlangsungan usaha itu, kami—Gunawan bersama tim—memilih usaha dengan
berdagang ‘mie jiting’ saat Sunmor, dan
sekaligus menjadi supplier mie ‘jiting’ untuk kawasan kantin-kantin di
Jogja”, ungkapnya.
Saat ini,
Gunawan telah memetik hasil dari perjuangannya. Setiap minggu pagi ia bersama
teman-temannya berjualan mie ‘jiting’ ini di kawasan lembah UGM. “Semua
pedagang yang berdagang mie jiting di semua titik di kawasan Sunmor itu adalah
dagangan saya”, ungkapnya sambil tersenyum bersahabat. “Kami memulai berjualan
sekitar jam setengah enam pagi, ada lima
titik kami berjualan, dan kira-kira tiap titik bisa menghabiskan sampai 12
paket”, jelasnya. “Satu paket isinya ada 50 plastik kecil, yang per plastic
harganya seribu rupiah, sedang bila membeli satu paket harganya kena empat
puluh ribu rupiah”, lanjutnya, “Jadi kira-kira setiap minggunya, dari berjualan
di Sunmor ini kami dapat meraup pendapatan kotor kira-kira dua sampai dua
setengah juta, belum lagi pendapatan dari hasil titip di kantin-kantin di
daerah Jogja”,demikian ungkap pemuda lulusan SMK ini. “Nanti dari hasil itu,
kami potong sekitar dua ratus lima
puluh ribu untuk upah teman-teman yang membantu berdagang”, jelasnya.
Oleh : Johan Saputro
0 komentar:
Post a Comment