Adalah Sugiharto, pria berusia 36
tahun yang akrab disapa Mbah Jenggot ini memulai usaha sampingan bengkel dan
spesialis mekanik motor inden di rumahnya sejak 7 tahun yang lalu. Sebelum ia
akhirnya di-PHK oleh Tunas, sebuah badan usaha penyalur motor Honda sekitar 4
bulan lalu, usaha yang ia rancang sendiri dirumahnya merupakan usaha sampingan.
Berbekal
pengalaman yang ia peroleh dari bekerja di AHASS, Sugiarto berani membuka
bengkel sendiri di rumahnya, yaitu di jalan Godean-Seyegan tepatnya 100 meter
utara Selokan Mataram. Padahal lokasi bengkelnya jauh dari pemukiman dan
terletak di tengah persawahan namun ia mempunyai trik dalam menjalankan
usahanya.
Sugiarto,
ketika bekerja di AHASS dan HRC menjadi mekanik motor spesialis inden buatan
luar negeri seperti: CBR, Phantom, Air Blade, Sonic, dan type-type lain yang
diproduksi pabrikan motor Honda. Dan ketika ia terkena PHK, beberapa pelanggan
sempat mencarinya hingga ke rumahnya. Dari hal tersebut hingga kini pelanggan
setia Sugiharto berdatangan ke bengkel yang berada di rumahnya sendiri.
Memang
pelanggan di bengkel Sugiharto banyak yang berasal dari berbagai macam
komunitas motor, seperti Honda CBR Club, Tiger Club, Ninja dll. Berbagai
komunitas tersebut menjadi semacam “ambassador” bagi bengkelnya untuk promosi.
Dan hal tersebut terbukti berhasil.
Dengan pelanggan tetap hingga lingkup Jawa Tengah (Pati, Pekalongan), mereka
bahkan rela sampai antri panjang demi mendapatkan jasa mekanik motor yang
memuaskan.
Sugiarto
mengaku, setiap hari rata-rata tiga buah sepeda motor ia kerjakan dan dari
berbagai tingkat kesulitan, mulai dari ganti oli hingga turun mesin serta motor
setelah kecelakaan. Ia selalu turun tangan sendiri dan terkadang di akhir pekan
adiknya membantu mereparasi motor-motor dengan tingkat kesulitan yang sedang.
Dan berbicara omset, Sugiarto mampu mengantongi 1 juta rupiah setiap minggunya.
Profit yang ia peroleh itu berasal dari penjualan sparepart inden yang harus
dipesan dari luar kota dan jasa servis.
Sugiharto
menuturkan bahwa usaha yang ia rintis bukan tanpa hambatan. Terkadang dirinya yang
kecapekan karena sering nglembur dan tanpa partner menghambat usahanya. Dan lagi
modal membeli suku cadang mahal karena motor-motor yang ia garap rata-rata bukan
motor yang dirilis di Indonesia. Namun ia mengaku menikmati pekerjaannya dan
akan merintisnya untuk berkembang besar. “Tetap semangat dan gak usah neko-neko
kalau usaha montir itu”, ungkapnya.
Oleh: Amri Muttaqin
0 komentar:
Post a Comment