10/16/12

Sugeng Handono vs Kelana Muda

0 komentar
Sosok santai dan bersahaja itu adalah Sugeng Handono. Pria berusia 54 tahun asli Karangmojo, Gunung Kidul ini kami temui di kediamannya, tepatnya di jalan Pandean II Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. “Gak ada bisnis yang instan”, begitulah celotehnya saat kami mulai berbincang mengenai bisnisnya. Diakui, bisnisnya kini telah meroket bahkan melebihi apa yang ia cita-citakan dulu. Dengan menikmati sebatang rokok Dji Sam Soe ditangannya ia mulai menceritakan bagaimana awal mula berkelana pada
bisnis makanan bakso yang ia beri nama “Kelana Muda”.

Berawal dari tahun 1979, Sugeng memulai menjajakan bakso dengan berkeliling dari kampung ke kampung, hal itu ia lakukan selama tiga tahun hingga ia memutuskan untuk berhenti dan mencoba peruntungan mendaftar ABRI. Selama dua tahun Sugeng muda berhenti berdagang.

 “Bukan jalan saya jadi tentara”, ungkap Sugeng ketika ia melanjutkan kisah hidupnya. Hal itu membuatnya cukup tertekan hingga ia masuk pada bisnis hiburan malam (amusmen) selama tiga tahun di Jogja. Dari penghasilan pas-pasan tersebut dan masih merasa kurang puas, ia keluar dan bertahan hidup dengan cara mengamen di Malioboro selama dua tahun dari kurun waktu 1987-1989.

Beruntung baginya saat ia mendapatkan rejeki yang cukup untuk membangun sebuah gerobak dan kemudian hijrah ke Wates. Berbekal pengalaman usahanya dulu, setelah kurang lebih dua tahun hingga tahun 1991 ia menyewa sebuah ruko di kawasan Jambu, Wates. Hingga kini, warung bakso “Kelana Muda” Sugeng  masih eksis.
 “Mulai dari 2 kg daging sapi dala setiap harinya, kini sudah mencapai 50 kg rata-rata dalam setia harinya”, ungkap Sugeng. Bahkan sekarang ia cukup memantau bisnisnya dari rumah saja.” Percaya pada uang, biarkan uang yang bekerja. Tapi ingat! Gak ada bisnis sukses yang gak jatuh-bangun”, ujarnya.
Kini, bisnis selama 21 tahun itu telah memberikan omset bersih rata-rata 3 juta per hari. Dengan tenaga kerja yang berjumlah 30 orang, Sugeng sedikit banyak telah membantu tetangga dan saudaranya untuk membuat lapangan pekerjaan.

Tak cukup puas dengan bakso, Sugeng ternyata mempunyai berbagai bisnis penunjang diantaranya valas, ayam hias, lele dan peternakan sapi. “ ya yang terpenting itu usaha bakso, bagaimana memberikan apa yang diharapka sebagai melayani konsumen itu wajib”. Bahkan tak cukup menyediakan bakso, es buah dan mie ayam mulai ia sandingkan pada tahun 2005. “Kita harus peka sama maunya pembeli, omongan mereka itu kesempatan buat kita”.

Dampak dari usaha Sugeng “Kelana Muda” tersebut, ia kerap diundang untuk menjadi narasumber pada fakultas Peternakan dan Teknologi Pertanian di berbagai Universitas seantero Yogyakarta. Bahkan ia pernah mendapatkan beasiswa untuk studi manajemen namun ia tolak.” Bisnis itu insting, tergantung kepekaan yang menjalaninya. Bukan soal buku dan gelar”. Sugeng menutup obrolan dengan kami dengan menyampaikan bahwa: “ Biarkan uang bekerja untuk kita. Jangan mau kita bekerja untuk uang”.

Reporter : Amri Muttaqin 

0 komentar:

Post a Comment