Sosok santai dan bersahaja itu adalah Sugeng Handono.
Pria berusia 54 tahun asli Karangmojo, Gunung Kidul ini kami temui di
kediamannya, tepatnya di jalan
Pandean II Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. “Gak ada bisnis yang instan”,
begitulah celotehnya
saat kami mulai berbincang mengenai
bisnisnya. Diakui, bisnisnya kini telah meroket
bahkan melebihi apa yang ia cita-citakan dulu. Dengan menikmati sebatang rokok Dji Sam Soe ditangannya ia mulai
menceritakan bagaimana awal mula berkelana pada
bisnis makanan bakso yang ia beri nama “Kelana Muda”.
bisnis makanan bakso yang ia beri nama “Kelana Muda”.
Berawal
dari tahun 1979, Sugeng memulai
menjajakan bakso dengan berkeliling dari kampung ke kampung, hal itu ia lakukan
selama tiga tahun hingga ia memutuskan untuk berhenti dan mencoba peruntungan
mendaftar ABRI. Selama dua tahun Sugeng muda berhenti berdagang.
“Bukan jalan saya jadi tentara”, ungkap Sugeng
ketika ia melanjutkan kisah hidupnya. Hal itu membuatnya cukup tertekan hingga
ia masuk pada bisnis hiburan malam (amusmen) selama tiga tahun di Jogja. Dari
penghasilan pas-pasan tersebut dan masih merasa kurang puas, ia keluar dan
bertahan hidup dengan cara mengamen
di Malioboro selama dua tahun dari kurun waktu 1987-1989.
Beruntung
baginya saat ia mendapatkan rejeki yang cukup untuk membangun sebuah gerobak
dan kemudian hijrah ke Wates. Berbekal pengalaman usahanya dulu, setelah kurang
lebih dua tahun hingga tahun 1991 ia menyewa sebuah ruko di kawasan Jambu,
Wates. Hingga kini, warung bakso “Kelana Muda” Sugeng masih eksis.
“Mulai dari 2 kg daging sapi dala setiap harinya, kini sudah mencapai 50 kg rata-rata dalam setia harinya”, ungkap
Sugeng. Bahkan sekarang ia cukup memantau bisnisnya dari rumah saja.” Percaya
pada uang, biarkan uang yang bekerja. Tapi ingat! Gak ada bisnis sukses yang
gak jatuh-bangun”, ujarnya.
Kini,
bisnis selama 21 tahun itu telah memberikan omset bersih rata-rata 3 juta per
hari. Dengan tenaga kerja
yang berjumlah 30 orang, Sugeng sedikit banyak telah membantu tetangga dan
saudaranya untuk membuat lapangan pekerjaan.
Tak
cukup puas dengan bakso, Sugeng ternyata mempunyai berbagai bisnis penunjang
diantaranya valas, ayam hias, lele dan peternakan sapi. “ ya yang terpenting
itu usaha bakso, bagaimana memberikan apa yang diharapka sebagai melayani
konsumen itu wajib”. Bahkan tak cukup menyediakan bakso, es buah dan mie ayam
mulai ia sandingkan pada tahun 2005. “Kita harus peka sama maunya pembeli,
omongan mereka itu kesempatan buat kita”.
Dampak
dari usaha Sugeng “Kelana Muda” tersebut, ia kerap diundang untuk menjadi narasumber
pada fakultas Peternakan dan Teknologi Pertanian di berbagai Universitas
seantero Yogyakarta. Bahkan ia pernah mendapatkan beasiswa untuk studi
manajemen namun ia tolak.” Bisnis itu insting, tergantung kepekaan yang
menjalaninya. Bukan soal buku dan gelar”. Sugeng menutup obrolan dengan kami
dengan menyampaikan bahwa: “ Biarkan uang bekerja untuk kita. Jangan mau kita
bekerja untuk uang”.
Reporter : Amri Muttaqin
0 komentar:
Post a Comment