10/16/12

Modal Jadi Momok dalam Rintis Usaha

0 komentar

Masa paling berat sebagai pengusaha adalah masa-masa merintis usaha. Masalah modal seolah menjadi momok utama bagi seseorang yang berniat untuk mendirikan sebuah entitas bisnis. Namun, begitulah kehidupan nyata, kendala-kendala selalu pasti ada, bisnis tanpa kendala hanyalah retorika dalam dunia dongeng belaka.  Oleh karena itu, selain diperlukan keyakinan yang kuat, juga diperlukan usaha, usaha, dan usaha. Hal itulah yang hendaknya dimiliki pengusaha.



Pernyataan tersebut disampaikan oleh Akbar “Njono” Fahmi, salah satu owner dari Solo Project , usaha jasa bidang fotografi dan videography yang berdiri sejak 26 febuari 2011 lalu. “Jangan pernah takut buat wirausaha”, ungkap pria berkulit gelap yang sering disapa Njono ini. “Rata rata temen temen yang masih muda terkendala dengan modal awal saat ingin membuka usaha”. Ia melanjutkan, “Harusnya pandangan ini dibuang jauh-jauh, modal bisa kita cari.” Terusnya, “Bank bisa tutup kalau ngga ngasi pinjaman kredit ke pengusaha, jadi tenang aja bos. “Yakin dalam menjalani, juga usaha, usaha,dan usaha, maka insyaAllah pasti ada jalan”, tukasnya.

Njono menceritakan bahwa Solo Project didirikan atas dasar kesamaan hobi di antara teman-temannya. Kecintaan akan dunia fotografi membuat sekumpulan mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini mencoba menjadikan sebagai suatu kesempatan berwirausaha. “Awalnya menyalurkan hobi, ujung ujung nya duit juga, kami adalah tim yang awalnya memang memiliki hobi dasar yang hampir sama, basic yang sama dan kemampuan yang saya anggap cukup, kenapa ngga merubah hobi jadi pekerjaan yang menyenangkan?”, ungkap Njono.

Saat ini, client dari Solo Project telah menyebar di beberapa kota di antaranya Jakarta, dan Solo. Solo Project melayani jasa pre wedding, foto wisuda, foto company, dsb. Hadirnya jejaring social yang tidak berbayar turut membantu dalam proses pemasaran. “Semua media kita coba pakai untuk promo, mulai dari jejaring social yang free hingga yang berbayar, flyers dan media cetak lain juga kita pakai, namun yang potensial saat ini, adalah mulut ke mulut, karena kita disini berbicara kualitas jasa yang susah untuk dituliskan”, ungkapnya.

Oleh : Johan Saputro

0 komentar:

Post a Comment