10/16/12

Jualan; Menjadi Manusia Menyejarah

0 komentar

Di tengah kesibukan menjalani aktivitas kuliah dan organisasi, seorang mahasiswa yang belajar di jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam, Universitas Sunan Kalijaga ( UIN Suka ),  menyempatkan waktunya untuk berjualan es kencur di area kampusnya setelah seharian keliling dari tempat satu ketempat lainnya.  Sebut saja Pablo panggilan akrab dari mahasiswa yang memiliki nama lengkap Subroto Muttaqin, kelahiran Cilacap, 23 September 1990.

Menurut Pablo, Kesibukannya yang satu ini ia lakukan karena beban biaya hidup yang semakin berat, apalagi melihat latar belakang keluarganya yang hanya menjadi buruh tani di desanya. Ia mencoba memenuhi kebutuhan hidup dan kuliahnya tanpa meminta pada orangtuanya. Walaupun kadang-kadang terasa berat beban yang harus dipikulnya,  Pablo tetap gigih dan tegar dalam menjalani nasibnya ini. Selain itu, alasan dia berjualan karena terinspirasi dari rektor sekaligus dosen yang kebetulan menerapkan sistem entrepreneurship di kampusnya.

Menurut pablo, penghasilan yang ia perolehnya cukup lumayan untuk pemula, lebih-lebih bagi mahasiswa yang belajar mandiri. Dari penjualan es jamu yang  ia ambil dari juragannya yang bertempat  di Jl. Magelang KM 4 itu, mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya. Satu harinya ia dapat menjual 12 liter jamu yang terdiri dari tiga jenis es jamu yaitu es kencur, es kunyit asam, dan es gula asam. Menurutnya dari penjualannya itu ia mampu memperoleh keuntungan sebesar 20 ribu sampai 60 ribu.

Lebih lanjut Pablo menuturkan, laku banyak tidaknya itu tergantung dari cuaca, musim kemarau atau hujan. Lumrahnya, pada musim kemarau rata-rata yang bisa ia peroleh sekisar 40 ribu-60 ribu dan pada musim hujan keuntungan yang ia dapat sekisar dari 20 ribu sampai 40 ribu. “ Cuaca panas yang saya sukai mas, karena banyak yang beli dan susah juga pada saat musim hujan, dagangan jadi tidak laris, walaupun begitu  tetap sayajalani  syukuri”,  tutur mahasiswa yang sedang menempuh kuliah di semester tujuh ini.

 Selain diatas, anak keempat dari enam  saudara itu menceritaakan pengalamannya, ia pernah dikejar-kejar satpol PP ketika sedang berjualan diarea  bundaran kampus UGM yang pada dasarnya memang tidak boleh berjualan ditempat itu, dia juga pernah mendapat teguran dari satpam  saat mangkal dekat pintu gerbang kampus UNY. Beda halnya waktu jualan dikampusnya sendiri, dia menjadi tertantang ketika mendapat surat dari pihak rektorat kampusnya yaitu UIN Suka yang isinya adalah larangan berjualan diarea kampus dengan alasan mengganggu ketertiban lalu lintas dan kebersiahan lingkungan.

Pablo menilai, perlakuan dari kampus lain atas dirinya masih bisa diterima tapi berbeda ketika berjualan dikampusnya sendiri, di kampusnya dia dilarang untuk berjualan. Dengan demikian pablo merasa kecewa atas apa yang sudah diajarkan. “ Perlakuan kampus lain masih saya terima atas pelarangan jualan diarea mereka mas, tapi kampusku sendiri yang katanya kampus kerakyatan, kampus putih, kampus perlawanan melarang mahasiswanya sendiri untuk berjualan, apa kata dunia??”, ungkapnya dengan nada kecewa.

Uniknya dari kesibukan berjualan es jamu itu tidak mempengaruhi nilai akademiknya. Menurutnya trik yang dia gunakan untuk meminimalisir masalah akademiknya adalah dengan mengambil sedikit matakuliah disetiap semesternya agar  aktifitasnya lancar. “ ya triknya ambil sedikit matakuliah minimal 6 matakuliah agar organisasi aktif, kuliah lancar, dan berjualan maju terus”, tandasnya. Walaupun hal itu membuat kelulusannya menjadi lama tapi ia jalani dengan senang.

Sebelum menutup perbincangannya, pablo berpesan untuk semua mahasiswa yang hidupnya mengalami nasib serupa .“ Refleksikan dirimu dengan orang lain, sukuri apa yang sudah diberikan, hidup itu adalah tantanagn, tapi bukan berarti kita menyerah. Warnailah kanvas hidupmu dengan peristiwa yang menyenangkan, jadilah manusia menyejarah”. Pesannya saat menutup perbincanagannya.[]

Reporter : Abd Gafur

0 komentar:

Post a Comment