Di tengah kesibukan
menjalani aktivitas kuliah dan organisasi, seorang mahasiswa yang belajar di
jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran
Islam, Universitas Sunan Kalijaga ( UIN Suka ),
menyempatkan waktunya untuk berjualan es kencur di area kampusnya
setelah seharian keliling dari tempat satu ketempat lainnya. Sebut saja Pablo panggilan akrab dari
mahasiswa yang memiliki nama lengkap Subroto Muttaqin, kelahiran Cilacap, 23 September
1990.
Menurut Pablo, Kesibukannya
yang satu ini ia lakukan karena beban biaya hidup yang semakin berat, apalagi
melihat latar belakang keluarganya yang hanya menjadi buruh tani di desanya. Ia
mencoba memenuhi kebutuhan hidup dan kuliahnya tanpa meminta pada orangtuanya. Walaupun
kadang-kadang terasa berat beban yang harus dipikulnya, Pablo tetap gigih dan tegar dalam menjalani
nasibnya ini. Selain itu, alasan dia berjualan karena terinspirasi dari rektor
sekaligus dosen yang kebetulan menerapkan sistem entrepreneurship di kampusnya.
Menurut pablo, penghasilan yang
ia perolehnya cukup lumayan untuk pemula, lebih-lebih bagi mahasiswa yang
belajar mandiri. Dari penjualan es jamu yang ia ambil dari juragannya yang bertempat di Jl. Magelang KM 4 itu, mampu untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya. Satu harinya ia dapat menjual 12 liter
jamu yang terdiri dari tiga jenis es jamu yaitu es kencur, es kunyit asam, dan
es gula asam. Menurutnya dari penjualannya itu ia mampu memperoleh keuntungan
sebesar 20 ribu sampai 60 ribu.
Lebih lanjut Pablo
menuturkan, laku banyak tidaknya itu tergantung dari cuaca, musim kemarau atau
hujan. Lumrahnya, pada musim kemarau rata-rata yang bisa ia peroleh sekisar 40
ribu-60 ribu dan pada musim hujan keuntungan yang ia dapat sekisar dari 20 ribu
sampai 40 ribu. “ Cuaca panas yang saya sukai mas, karena banyak yang beli dan
susah juga pada saat musim hujan, dagangan jadi tidak laris, walaupun
begitu tetap sayajalani syukuri”,
tutur mahasiswa yang sedang menempuh kuliah di semester tujuh ini.
Selain diatas, anak keempat dari enam saudara itu menceritaakan pengalamannya, ia
pernah dikejar-kejar satpol PP ketika sedang berjualan diarea bundaran kampus UGM yang pada dasarnya memang
tidak boleh berjualan ditempat itu, dia juga pernah mendapat teguran dari
satpam saat mangkal dekat pintu gerbang
kampus UNY. Beda halnya waktu jualan dikampusnya sendiri, dia menjadi tertantang
ketika mendapat surat dari pihak rektorat kampusnya yaitu UIN Suka yang isinya
adalah larangan berjualan diarea kampus dengan alasan mengganggu ketertiban
lalu lintas dan kebersiahan lingkungan.
Pablo menilai, perlakuan dari
kampus lain atas dirinya masih bisa diterima tapi berbeda ketika berjualan dikampusnya
sendiri, di kampusnya dia dilarang untuk berjualan. Dengan demikian pablo
merasa kecewa atas apa yang sudah diajarkan. “ Perlakuan kampus lain masih saya
terima atas pelarangan jualan diarea mereka mas, tapi kampusku sendiri yang
katanya kampus kerakyatan, kampus putih, kampus perlawanan melarang
mahasiswanya sendiri untuk berjualan, apa kata dunia??”, ungkapnya dengan nada
kecewa.
Uniknya dari kesibukan
berjualan es jamu itu tidak mempengaruhi nilai akademiknya. Menurutnya trik
yang dia gunakan untuk meminimalisir masalah akademiknya adalah dengan
mengambil sedikit matakuliah disetiap semesternya agar aktifitasnya lancar. “ ya triknya ambil
sedikit matakuliah minimal 6 matakuliah agar organisasi aktif, kuliah lancar, dan
berjualan maju terus”, tandasnya. Walaupun hal itu membuat kelulusannya menjadi
lama tapi ia jalani dengan senang.
Sebelum menutup
perbincangannya, pablo berpesan untuk semua mahasiswa yang hidupnya mengalami
nasib serupa .“ Refleksikan dirimu dengan orang lain, sukuri apa yang sudah diberikan,
hidup itu adalah tantanagn, tapi bukan berarti kita menyerah. Warnailah kanvas
hidupmu dengan peristiwa yang menyenangkan, jadilah manusia menyejarah”.
Pesannya saat menutup perbincanagannya.[]
Reporter : Abd Gafur
0 komentar:
Post a Comment