Pernah makan Gebleg? Makanan yang satu ini mungkin
masih terdengar asing di telinga kita. Karena memang makanan ini hanya ada di
Kulon Progo. Dibuat dari bahan baku kelapa dan tepung serta diiolah mirip sejenis
cilok. Ciri khas dari makanan ini adalah bentuknya yang selalu menyerupai angka
delapan. Dengan digoreng dan disajikan garing
bersama tempe bacem membuat gebleg
menjadi camilan yang cocok dihidangkan pada malam hari.
“Dibuat dari adonan
tepung singkong dan tepung kanji membuat bahan baku makanan ini dapat bertahan
lama selama tiga hari tanpa freezer dan 25 hari apabila disimpan di dalam freezer, ketika akan digoreng adonan
tersebut baru diberi parutan kelapa sehingga teksturnya empuk dan warna gebleg menjadi putih alami”, Ungkap
Rubiah. Perempuan berusia 48 tahun ini telah menjadi perajin gebleg selama 15 tahun. Rubiah ditemani
Suminah menjajakan gebleg dan tempe
bacem setiap hari dari pukul 17.00 hingga pukul 21.00 di jalan mandung km. 3 Pengasih, Kulon Progo. Dengan berbagai
peralatan sederhana seperti sebuah wajan, tungku api kayu dan spatula usaha ini
bertahan diantara makanan dan camilan baru.
Disela rutinitasnya
mengolah adonan gebleg, Rubiah mengungkapkan
bahwa usaha ini mempunyai resiko kerugian yang cukup rendah. Menurutnya,
warungnya ramai pembeli saat hari Minggu dan tanggal muda. Namun pada hari
biasa permintaan gebleg juga tidak
dapat dikatakan sedikit. Setiap hari selalu ada pelanggan yang melakukan
pemesanan. Selain menjual perorangan, warung gebleg Ruwiyah juga melayani pemesanan partai besar seperti
pengajian, arisan, meeting sebagai Coffee break dan lain-lain.
Meskipun usaha kuliner
ini mampu bertahan dan berkembang selama 15 tahun, berbagai kendala dalam
produksi baik itu peralatan maupun fasilitas pendukung masih dirasakan Ruwiyah.
“ Ya kami menginginkan pemerintah Kulon Progo untuk menyediakan bantuan
peralatan seperti wajan, spatula, dan kompor.” “Gebleg bersama tempe bacem adalah makanan khas Kulon Progo, jadi
belum lengkap apabila ke Kulon Progo tidak coba gebleg”, tutup Ruwiyah.
Oleh : Amri Muttaqin
0 komentar:
Post a Comment