Mendoan, gorengan yang terbuat dari
tempe berbalut tepung ini sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Makanan
satu ini memang cocok menjadi teman makan nasi ataupun sebagai kudapan di saat
santai. Meskipun demikian, menemukan cita rasa mendoan yang sesuai dengan lidah
penikmatnya tak semudah kelihatannya. Hal ini pula yang dialami Dani Safitri,
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengaku
sering kali susah menemukan mendoan yang menurutnya enak di Jogja.
“Pedagang mendoan sich banyak tapi
rasanya berbeda-beda. Bukan hanya aku, ternyata teman-temanku juga mengalami
hal yang sama. Apalagi aku kan suka makanan yang pedas. Sedangkan mencari mendoan yang pedas tu susah
di Jogja.”, kata dara asli Banjarnegara ini. Melihat pasar yang terbuka lebar
dan peluang yang besar, mahasiswa angkatan 2010 ini tidak tinggal diam. Dani,
begitu ia biasa dipanggil, berusaha menghadirkan cita rasa mendoan yang nikmat.
Berawal dari hobi makan mendoan dan
makanan yang pedas inilah, ia menggagas ide untuk menciptakan mendoan rasa
pedas dengan ukuran yang lebih besar dari pada mendoan pada umumnya. “Selain
rasa, ukurannya yang besar juga diharapkan mampu menarik minat konsumen”
ujarnya. Karena rasanya yang pedas dan ukurannya yang gede, maka muncullah ide
untuk menamakannya mendoan monster.
Bekerja sama dengan teman sedaerah, ia
mulai menjalankan usahanya. Dengan mengusung konsep angkringan, maka lahirlah
Angkringan Mendoan Monster yang berada
di jl. Ipda Tutharsono no 42 Timoho Yogyakarta, depan Magistra Utama
ini. Nama Angkringan Mendoan Monster ini muncul karena menu mendoan monster
adalah menu spesial di angkringan tersebut. Meskipun memakai nama angkringan,
namun usaha ini tidak seperti angkringan pada umumnya yang berada di pinggir
jalan. Namun berupa kedai makan dengan menu yang disajikan seperti halnya
angkringan pada umumnya.
Ketika
ditanya, berapa modal yang ia keluarkan untuk mendirikan usaha seperti ini, ia
hanya tersenyum. Ia menjawab, membuka usaha tidak harus bermodal besar, seperti
yang kita khawatirkan. “Memulai
usaha kuliner tidaklah besar modalnya. Yang penting ada niat dan kemauan, pasti
ada jalannya kok”, ujar anak
ketiga dari empat bersaudara ini.
Sebagai
orang baru dalam dunia wirausaha, tentu saja banyak hal yang harus Dani lalui.
“Kendala yang dihadapi sich contohnya kesulitan dalam me-manage
modal, sistem sampai seputar
masalah teknis di lapangan”, tuturnya. Tapi ia tidak
mudah menyerah menghadapi problem yang terjadi. “Seperti
kata pepatah lama, dimana ada kemauan di situ ada jalan. Sejauh ini, aku
berusaha menikmati saja segala suka dukanya. Kalau ada kemauan yang keras dan
tak pantang menyerah, usaha apa saja pasti akan menemui jalannya kok”, katanya
menambahkan.
0 komentar:
Post a Comment