1/1/13

Bakso Andalan Kampus “Sawo Kecik”

0 komentar

          Berlokasi di ujung tempat parkir kampus “sawo kecik”, sebuah istilah untuk kampus Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWMY), pak Min dengan gerobak baksonya mencari nafkah. Selama kurang lebih 23 tahun ia mengadu nasib ke Yogyakarta dari kota asalnya, Wonosari untuk mendapatkan kemapanan materi. Dari dulu pertama berjualan di pasar Beringharjo, kemudian sempat di alun-alun selatan hingga kini berkeliling dan menetap setiap sore di kampus Widya Mataram.

          Pak Min berdagang tidak sendirian, ia sering bergantian berjualan dengan saudaranya, pak Wan. Dan ketika ia berganti waktu, di Wonosari mereka mempunyai ladang yang harus digarap sendiri. Sedangkan keahlian meracik bakso mereka dapatkan dari belajar meramu sendiri.

          “ Ya memang tidak mudah mas buat jualan itu, tapi kami di sini sudah sedikit banyak pelanggan dan suka. Terlebih lagi mahasiswa kampus (UWMY) ini.” Ujar pak Min. Setiap harinya rata-rata ia mampu menghabiskan 50 porsi bakso khusus di kampus Widya Mataram, dan ditambah dengan berkeliling sekitar 100 porsi mampu ia jual.

          Rata – rata pelanggan baksonya adalah mahasiswa kelas sore yang kebanyakan berasal dari pegawai-pegawai instansi pemerintahan maupun BUMN. “Karena memang kampus Widya Mataram membuka kelas sore, ya yang rame di hari kamis-jumat dan Sabtu. Ya kalor saya lihat mereka memang tidak sempat untuk makan siang jadinya mampir ke warung saya ini.”

          Menu yang disajikan warung bakso pak Min cukup sederhana, mulai dari bakso komplit, bakso kuah hingga es buah sebagai menu pelepas dahaga. Dan tak jarang ia mengungkapkan tak segan menemani mahasiswa yang menunggu hujan reda hingga malam sambil ngobrol-ngobrol. “Itu juga wujud keakraban saya sebagai penjual kan mas, lhawong kalor nggak kayak itu, gimana saya mau sabung sama orang-orang yang berpendidikan?” tuturnya.

          Dari hasil berjualan bakso dan berladang, pak Min berbagi penghasilan dengan pak Wan. Dan usahanya selama ini tidak berjalan dia-sia. Ia mampu membiayai sekolah putra dan putrinya hingga ke Perguruan Tinggi. “ Alhamdulillah mas, anak saya sekolah juga di Widya Mataram, sekarang anak saya cowok sudah di Surabaya bekerja, yang cewek ikut suaminya.”

          Pak Man memberikan resep rahasia kepada kami bagaimana agar usaha bisa bertahan. Kuncinya adalah tekun dan ramah. Tekun selalu konsisten menjajakan barang dan ramah kepada pembeli. Agar mereka nyaman dan bahkan merasa tidak enak apabila tidak menyempatkan waktu membeli dagangan yang kita jajakan.

Oleh : Amri Muttaqin

0 komentar:

Post a Comment