Berlokasi di ujung tempat parkir
kampus “sawo kecik”, sebuah istilah untuk kampus Universitas Widya Mataram
Yogyakarta (UWMY), pak Min dengan gerobak baksonya mencari nafkah. Selama
kurang lebih 23 tahun ia mengadu nasib ke Yogyakarta dari kota asalnya,
Wonosari untuk mendapatkan kemapanan materi. Dari dulu pertama berjualan di
pasar Beringharjo, kemudian sempat di alun-alun selatan hingga kini berkeliling
dan menetap setiap sore di kampus Widya Mataram.
Pak Min berdagang tidak sendirian, ia
sering bergantian berjualan dengan saudaranya, pak Wan. Dan ketika ia berganti
waktu, di Wonosari mereka mempunyai ladang yang harus digarap sendiri.
Sedangkan keahlian meracik bakso mereka dapatkan dari belajar meramu sendiri.
“ Ya memang tidak mudah mas buat
jualan itu, tapi kami di sini sudah sedikit banyak pelanggan dan suka. Terlebih
lagi mahasiswa kampus (UWMY) ini.” Ujar pak Min. Setiap harinya rata-rata ia
mampu menghabiskan 50 porsi bakso khusus di kampus Widya Mataram, dan ditambah
dengan berkeliling sekitar 100 porsi mampu ia jual.
Rata – rata pelanggan baksonya adalah
mahasiswa kelas sore yang kebanyakan berasal dari pegawai-pegawai instansi
pemerintahan maupun BUMN. “Karena memang kampus Widya Mataram membuka kelas
sore, ya yang rame di hari kamis-jumat dan Sabtu. Ya kalor saya lihat mereka
memang tidak sempat untuk makan siang jadinya mampir ke warung saya ini.”
Menu yang disajikan warung bakso pak
Min cukup sederhana, mulai dari bakso komplit, bakso kuah hingga es buah
sebagai menu pelepas dahaga. Dan tak jarang ia mengungkapkan tak segan menemani
mahasiswa yang menunggu hujan reda hingga malam sambil ngobrol-ngobrol. “Itu
juga wujud keakraban saya sebagai penjual kan mas, lhawong kalor nggak kayak
itu, gimana saya mau sabung sama orang-orang yang berpendidikan?” tuturnya.
Dari hasil berjualan bakso dan
berladang, pak Min berbagi penghasilan dengan pak Wan. Dan usahanya selama ini
tidak berjalan dia-sia. Ia mampu membiayai sekolah putra dan putrinya hingga ke
Perguruan Tinggi. “ Alhamdulillah mas, anak saya sekolah juga di Widya Mataram,
sekarang anak saya cowok sudah di Surabaya bekerja, yang cewek ikut suaminya.”
Pak Man memberikan resep rahasia
kepada kami bagaimana agar usaha bisa bertahan. Kuncinya adalah tekun dan
ramah. Tekun selalu konsisten menjajakan barang dan ramah kepada pembeli. Agar
mereka nyaman dan bahkan merasa tidak enak apabila tidak menyempatkan waktu
membeli dagangan yang kita jajakan.
Oleh : Amri Muttaqin
0 komentar:
Post a Comment