Siang itu, Selasa 06 November 2012, di jalan Malioboro pandanganku
terpaku pada bapak-bapak separuh baya penjual wayang kulit di emperan toko di
sisi barat Jalan Malioboro. Meski lapaknya bisa dibilang kecil dan diapit oleh
lapak-lapak lain, namun apa yang dijual cukup memberi rona kontras bagi siapa
saja yang memperhatikan.
Pak Budi nama penjual wayang itu. Walau sebenarnya barang utama yang
dijual bukan hanya wayang, namun keberadaan wayangnya yang ditata sedemikian
rupa cukup mampu menyita perhatian. Selain menjual wayang, Pak Budi menjual keris, baju sorjan,
blangkon, dan lain sebagainya. Pak Budi telah berjualan di emperan toko di
jalan Malioboro sudah lebih dari 20 tahun. “Sudah sedari muda Mas, saya jualan
disini”, lanjutnya, “Kira-kira sudah 20 tahunan saya berjualan, dan tempatnya
pun ngga berpindah-pindah, ya, disini terus”,ujarnya.
Yang menjadi andalan di lapaknya ini ternyata bukanlah wayangnya,
tetapi adalah blangkon dan baju sorjan. Blangkon dijual dengan harga dari
limabelas ribu hingga lima
belas ribu. Sedangkan, baju sorjan ia jual mulai dari harga tigapuluh ribu
sampai ratusan ribu. “Tergantung ukuran sama bahan Mas harga baju sorjan itu”,
tuturnya ramah. “Kalau wayang dan keris ini sebenarnya hanya buat pemanis
penarik perhatian Mas, tapi kalau ada yang mau beli ya silakan”, tuturnya.
Hari itu, menurut Pak Budi, jualannya cukup laku. Menurut
penuturannya, saat musim liburan telah tiba omset penjualannnya meningkat dua
kali lipat. Ia menuturkan dari hasil
berjualan ini cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga tanpa mesti mencari
tambahan pendapatan dari pekerjaan yang lain. Pak Budi menuturkan bahwa menjadi
pedagang, meski hanya di emperan toko bukanlah sebuah pekerjaan yang memalukan.
“Meski berdagang kayak gini, tapi yang penting halal, barangnya halal dan
caranya juga halal”, ucap Pak Budi sambil sedikit terkekeh.
Dalam kesempatan itu pula, Pak Budi memberikan nasihat bahwa di
zaman seperti sekarang ini anak muda janganlah masih berpikiran bahwa menjadi
pegawai negeri adalah satu-satunya bidang pekerjaan. “Pegawai negeri itu ya
Mas, kalau di posisi tinggi, atau kaya sedikit aja disangka korupsi”,
lanjutnya, “Mending menjadi pengusaha, atau pedagang, tapi ya jangan kayak
Bapak gini, menjadi pedagang yang kayak pak Jusuf Kalla itu”, tuturnya dengan
ekspresi ramah. “Menjadi pengusaha itu kan
bebas korupsi Mas”, tutupnya.
Oleh : Johan Saputro
0 komentar:
Post a Comment