11/20/12

Dari Merangkak hingga Berlari

0 komentar

Jika ingin tau tentang makanan lokal, mampirlah ke Yogyakarta. Itulah adagium yang pernah saya dengar dari banyak orang. Adagium ini seakan menjadi identitas yang tak terkelupas khususnya dalam memori dan imajinasi saya.  Sehingga wajar jika kemudian Yogyakarta dikenal sebagai kota kuliner dengan sejuta masakan khas di dalamnya. Sebab mengagungkan dan melestarikan masakan khas adalah bagian dari sebuah upaya untuk
mempertahankan salah satu dari sekian daret gugus kebudayaan yang menjadi warisan nenek moyang tempo doeloe.
Kemudian dalam babakan selanjutnya, mempertahankan dan menghargai masakan khas, berarti juga kita harus menghargai  siapa yang berjuang di balik bertahannya masakan khas tersebut.
Bu Rini, adalah salah satu dari sekian orang yanag sudah 40 tahun menjual makanan khas jogjakarta. Makanan tersebut adalah bakpia pathok. Bagi nenek yang sudah berumur 60 tahun ini, menjual bakpia tidak sekedar sebuah hobi, tetapi telah menjadi tuntutan dan tanggungan hidup dalam berkeluarga.
Setidaknya sejak masa muda Bu Rini sedah menisbatkan dirinya untuk berjualan. “wong tidak ada yang lain mas, ya saya mencoba merintis usaha dengan berjualan bakpia dengan suami” tegasnya dengan nada agak keras setelah saya memintanya untuk memberi keterangan berbahasa Indonesia.
Perempuan kelahiran Bantul yang tidak tau tanggal pas nya beliau ini dilahirkan memulai merintis usaha bakpia mula-mula di jalan mataram. Tetapi kemudian pindah ke sekitar jalan Malioboro. Alasan pindah tersebut karena baginya pindah ke malioboro dinilai lebih representatif untuk kegiatan ekonomi.
Bakpian bagi sosok bernama lengkap Rini Sosilowati ini, merupakan makanan khas yang sangat baik karena banyak mengandung karbohidrat. Juga merupakan makanan khas yang tidak banyak diidapat di daerah lain. Mungkin sekarang banyak bakpia di beberapa kota di Indonesia, tetapi  baginya bakpia jogja adalah bakpia yang menjadi awal dari semua bakpia yang telah ada.
Hingga kini usaha menjual bakpia sudah terbilang maju. Setidaknya, rintisan yang ia jalankan dengan lelaku ‘berdarah-darah’ benar-benar membuahkan hasil. Kini ia sudah bisa mempekerjakan sekitar 10 orang. Meskipun jumlah ini tidak seberapa, tetapi paling tidak bu rini telah sukses  membuka lapangan kerja bagi sepuluh orang pengangguran. Bagi bu rini, berjualan bakpian tetap akan dilakukan sampai kapanpun, sebab dari sanalah dia bisa bertahan hidup dari mulai ‘ merangkak’ hingga ‘berlahir’ seperti sekarang ini.  

Oleh : Fathorrahman Hasbul

0 komentar:

Post a Comment