Jika ingin tau tentang makanan
lokal, mampirlah ke Yogyakarta. Itulah adagium yang pernah saya dengar dari
banyak orang. Adagium ini seakan menjadi identitas yang tak terkelupas khususnya
dalam memori dan imajinasi saya.
Sehingga wajar jika kemudian Yogyakarta dikenal sebagai kota kuliner
dengan sejuta masakan khas di dalamnya. Sebab mengagungkan dan melestarikan
masakan khas adalah bagian dari sebuah upaya untuk
mempertahankan salah satu
dari sekian daret gugus kebudayaan yang menjadi warisan nenek moyang tempo
doeloe.
Kemudian dalam babakan
selanjutnya, mempertahankan dan menghargai masakan khas, berarti juga kita
harus menghargai siapa yang berjuang di balik
bertahannya masakan khas tersebut.
Bu Rini, adalah salah satu dari
sekian orang yanag sudah 40 tahun menjual makanan khas jogjakarta. Makanan tersebut
adalah bakpia pathok. Bagi nenek yang sudah berumur 60 tahun ini, menjual
bakpia tidak sekedar sebuah hobi, tetapi telah menjadi tuntutan dan tanggungan
hidup dalam berkeluarga.
Setidaknya sejak masa muda Bu Rini
sedah menisbatkan dirinya untuk berjualan. “wong tidak ada yang lain mas, ya saya
mencoba merintis usaha dengan berjualan bakpia dengan suami” tegasnya dengan nada
agak keras setelah saya memintanya untuk memberi keterangan berbahasa Indonesia.
Perempuan kelahiran Bantul yang
tidak tau tanggal pas nya beliau ini dilahirkan memulai merintis usaha bakpia
mula-mula di jalan mataram. Tetapi kemudian pindah ke sekitar jalan Malioboro.
Alasan pindah tersebut karena baginya pindah ke malioboro dinilai lebih representatif
untuk kegiatan ekonomi.
Bakpian bagi sosok bernama
lengkap Rini Sosilowati ini, merupakan makanan khas yang sangat baik karena
banyak mengandung karbohidrat. Juga merupakan makanan khas yang tidak banyak
diidapat di daerah lain. Mungkin sekarang banyak bakpia di beberapa kota di Indonesia,
tetapi baginya bakpia jogja adalah bakpia
yang menjadi awal dari semua bakpia yang telah ada.
Hingga kini usaha menjual bakpia
sudah terbilang maju. Setidaknya, rintisan yang ia jalankan dengan lelaku
‘berdarah-darah’ benar-benar membuahkan hasil. Kini ia sudah bisa mempekerjakan
sekitar 10 orang. Meskipun jumlah ini tidak seberapa, tetapi paling tidak bu
rini telah sukses membuka lapangan kerja
bagi sepuluh orang pengangguran. Bagi bu rini, berjualan bakpian tetap akan
dilakukan sampai kapanpun, sebab dari sanalah dia bisa bertahan hidup dari
mulai ‘ merangkak’ hingga ‘berlahir’ seperti sekarang ini.
0 komentar:
Post a Comment